TEMPO.CO, JAKARTA - Setelah bergelut dengan pandemi yang menekan ekonomi sejak 9 bulan, Presiden Jokowi ingin menutup buku di ujung tahun dengan angka dan sinyal positif. Jokowi yakin tanda pemulihan ekonomi semakin terang. Dia menyebut ekonomi Indonesia triwulan ketiga minus 3,49 persen, membaik dari periode sebelumnya 5,32 persen.
"Sinyal positif perekonomian sudah jelas, semakin jelas. Saya meyakini kita akan bergerak lagi ke arah positif di triwulan keempat dan seterusnya," ujar Jokowi, Kamis 3 Desember 2020. Jokowi percaya perekonomian nasional telah melewati titik terendahnya, dan berada pada titik balik menuju pemulihan ekonomi.
Harapan Jokowi ini berasal dari naiknya impor bahan baku dan barang modal, surplus perdagangan hingga kinerja IHSG dan rupiah yang menguat. Namun dia tak menampik adanya ancaman yang membayangi laju pertumbuhan ekonomi. “Kita akan dihadapkan pada besarnya jumlah pengangguran akibat PHK pada masa pandemi, kita hadapi besarnya angkatan kerja yang memerlukan pekerjaan.”
Senada, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga memproyeksi kurva ekonomi mulai naik. Dia yakin ekonomi triwulan IV nanti melaju positif dan berlanjut pada tahun depan yang diprediksi tumbuh 4,8 persen.
Menurut Perry, ekonomi global telah melewati masa kritis karena dukungan stimulus fiskal dan moneter dari sejumlah negara, termasuk di Amerika Serikat dan China, serta mulai meningkatnya mobilitas manusia dan aktivitas perekonomian.
Meningkatnya aktivitas ekonomi di tengah pelonggaran pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, membuat konsumsi tumbuh dan memberi sinyal inflasi akan meningkat. “Meningkatnya aktivitas ekonomi mendorong naiknya konsumsi relatif dibandingkan dengan November, walaupun secara tahunan masih tetap negatif,” tutur Piter Abdullah Redjalam, Direktur Riset Center of Reform on Economics.